Minggu, 28 Februari 2016

Senjata tapak suci

Senjata Tapak Suci

SEGU

Segu (Serba guna) adalah senjata khas Tapak Suci yang diciptakan oleh pendekar besar M. Barie Irsyad.


          GOLOK MAWAR

          Golok Mawar adalah merupakan senjata Tapak Suci yang diciptakan oleh pendekar besar M. Barie Irsyad.


          PEDANG MAWAR

          Pedang Mawar adalah salah satu senjata Tapak Suci yang diciptakan oleh pendekar besar M. Barie Irsyad.


          SENAKER

          Senaker (Senjata andalan pendekar) adalah senjata spesial dan andalan dari pendekar Joko Suseno. Senaker dikembangkan dari senjata Tapak Suci segu oleh Joko Suseno sebagai bagian dari ujian pendekar. Sifat Senaker adalah agresif dengan menggunakan teknik tusuk, tebas, sodok, kait, dan congkel.


          TOMBAK NAGA


          Tombak naga adalah salah satu senjata Tapak Suci yang diciptakan oleh pendekar besar M. Barie Irsyad.


          TOYA / TONGKAT


          Senjata toya / tongkat dijadikan senjata dasar dalam perguruan Tapak Suci karena Toya / Tongkat sangat cocok untuk mendasari setiap permainan. Bentuk senjata dengan menggunakan teknik putaran, tusukan dan tebasan.


Jurus jurus Tapak Suci

JURUS – JURUS TAPAK SUCI

I.                   Jurus Dasar
-         Pagutan Merpati
-         Merpati mengibas sayap
-         Merpati mengibar ekor
-         Sambaran Merpati
-         Tandukan Naga jantan
-         Sambaran Naga
-         Pagutan Naga jantan
-         Tandukan Lembu jantan
-         Sabetan Ikan terbang
-         Ikan terbang menerjang sarang
-         Benturan Harimau
-         Harimau menggoyang ekor
II.                Sikap Awal
-         Matahari
-         Sikap bunga mawar mekar
-         Sikap katak
-         Sikap rajawali
-         Sikap lembu jantan
-         Sikap naga
-         Sikap merpati
-         Sikap ikan terbang
-         Sikap harimau
III.             Kelompok jurus dasar
-         Bunga mawar mekar
-         Bunga mawar layu
-         Katak melempar tubuh
-         Merpati mengibas sayap
-         Ikan terbang menggoyang sirip
-         Ikan terbang menerjang sarang
-         Ikan terbang menjulang ke angkasa
IV.            Pola langkah
-         Pola langkah paku paku
-         Pola langkat segitiga
-         Pola langkat segi empat
-         Pola langkah santai / sempurna
V.               Gabungan jurus dasar
-         Bunga mawar mekar
-         Ikan terbang menjulang keangkasa
-         Naga terbang
-         Bunga mawar layu
-         Bunga mawar mekar
-         Harimau membuka jalan
-         Katak melempar tubuh
-         Tanbukan lembu jantan
-         Ikan terbang menjulang keangkasa

  

Arti lambang perguruan seni beladiri Indonesia Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Arti Lambang
Perguruan Seni Beladiri Indonesia
Tapak Suci Putera Muhammadiyah



Bentuk bulat                            : Bertekad bulat
Berdasar biru                 : Keagungan
Bertepi hitam                 : Kekal dan abadi melambangkan sifat Allah SWT
Bunga Mawar                : Keharuman
Warna Merah                 : Keberanian
Daun kelopak hijau       : Kesempurnaan
Bunga Melati putih        : Kesucian
Jumlah sebelas               : Rukun Islam dan Rukun Iman
Tangan kanan putih       : Keutamaan
Terbuka                         : Kejujuran
Berjari rapat                  : Keeratan
Ibu jari tertekuk             : Kerendahan hati
Sinar matahari kuning   : Putera Muhammadiyah

Keseluruhan lambang tersimpul dengan nama “Tapak Suci” yang mengandung arti :
“Bertekad bulat mengagungkan asma Allah Subhanahuwata’ala, kekal dan abadi. Dengan keberanian menyebarkan keharuman dengan sempurna. Dengan kesucian memunaikan Rukun Islam dan Rukun Iman. Mengutamakan keeratan dan kejujuran dengan rendah hati.”


Kamis, 25 Februari 2016

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

Sejarah Berdirinya Muhammadiyah

                                                 Foto diambil di Gedung Pusat Dakwah Muhammadiyah oleh iwan a. pada 6/21/2013

Dakwah Muhammadiyah di Jakarta


Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh K.H. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 18 November 1912 (8 Dzulhijjah 1330 H).
Persyarikatan Muhammadiyah didirikan untuk mendukung usaha KH Ahmad Dahlan untuk memurnikan ajaran Islam yang menurut anggapannya, banyak dipengaruhi hal-hal mistik. Kegiatan ini pada awalnya juga memiliki basis dakwah untuk wanita dan kaum muda berupa pengajian Sidratul Muntaha. Selain itu peran dalam pendidikan diwujudkan dalam pendirian sekolah dasar dan sekolah lanjutan, yang dikenal sebagai Hogere School Moehammadijah dan selanjutnya berganti nama menjadi Kweek School Moehammadijah (sekarang dikenal dengan Madrasah Mu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta khusus laki-laki, yang bertempat di Jalan S Parman no 68 Patangpuluhan kecamatan Wirobrajan dan Madrasah Mu'allimat Muhammadiyah Yogyakarta khusus Perempuan, di Suronatan Yogyakarta yang keduanya skarang menjadi Sekolah Kader Muhammadiyah) yang bertempat di Yogyakarta dan dibawahi langsung oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah
Dalam catatan Adaby Darban, ahli sejarah dari UGM kelahiran Kauman, nama ”Muhammadiyah” pada mulanya diusulkan oleh kerabat dan sekaligus sahabat Kyai Ahmad Dahlan yang bernama Muhammad Sangidu, seorang Ketib Anom Kraton Yogyakarta dan tokoh pembaruan yang kemudian menjadi penghulu Kraton Yogyakarta, yang kemudian diputuskan Kyai Dahlan setelah melalui shalat istikharah (Darban, 2000: 34).  Pada masa kepemimpinan Kyai Dahlan (1912-1923), pengaruh Muhammadiyah terbatas di karesidenan-karesidenan seperti: YogyakartaSurakartaPekalongan, dan Pekajangan, sekitar daerah Pekalongan sekarang. Selain Yogya, cabang-cabang Muhammadiyah berdiri di kota-kota tersebut pada tahun 1922. Pada tahun 1925, Abdul Karim Amrullah membawa Muhammadiyah ke Sumatera Barat dengan membuka cabang di Sungai Batang, Agam. Dalam tempo yang relatif singkat, arus gelombang Muhammadiyah telah menyebar ke seluruh Sumatera Barat, dan dari daerah inilah kemudian Muhammadiyah bergerak ke seluruh SumateraSulawesi, dan Kalimantan. Pada tahun 1938, Muhammadiyah telah tersebar keseluruh Indonesia.


Pimpinan Pusat Muhammadiyah diYogyakarta



Rabu, 24 Februari 2016

Lahirnya Tapak Suci

Lahirnya Tapak  Suci

            Atas desakan murid murid kepada pendekar Moh Bahrie Irsyad, munculan gagasan untuk mendirikan satu perguruan yang menggabungkan perguruan yang sejalur (Cikauman, Seranoman dan Kasegu). Namun untuk mencapai itu mestilah melalui jalan yang tidak mudah. Karena pengertian kelahiran perguruan yang baru kelak bukanlah merupakan suatu aliran yang baru melaikan tetap berakar dari aliran Cikauman (Banjaran-Kauman), apalagi mengingat pendekar Moh Bahrie Irsyad berada pada generasi ke 6 pada silsilah, maka perlu dilakukan silaturahmi dengan para sesepuh. Maka pembuktian demi pembuktian senantiasa di lakukan dalam berbagai pertemuan keilmuan, sekaligus untuk memantapkan perumusan keilmuan yang akan diturunkan. Dalam setiap pertemuan keilmuan senantiasa dilakukan pembuktian, yang melibatkan para sesepuh aliran.
            Sudah takdir Illahi ketika Moh Bahrie Irsyad selesai menampilkan jurus Harimau, pendekar M Wahib menyatakan puas dengan pembuktian dinilai cukup. Selanjutnya pendekar A Dimyati memberikan pesan dan petunjuk : “Kalau bertemu aliran pencak silat apapun, nilailah kekuatannya”. Kelihatannya sederhana, tetapi sikap ini sangat kontradiktif dengan sifat jago pencak pada umunya yang tidak mau melihat kelebihan dan selalumerasa dirinya terbaik dan terkuat. Sikap mental pendekar A Dimyati ini selanjutnya menjadi dasar sikap mental pendekar pendekar Tapak Suci.
            Ujian lainnya harus dihadapi memang cukup beragam. Salah satunya adalah penilaian bahwa pengembangan ataupun pendiri dalam silsilah aliran ini tidak berasal dari darah biru / ningrat. Apalagi para penggagas Tapak Suci hanya kalangan rakyat biasa. Akan tetapi dalam hal ini kemudian dinyatakan bahwa Tapak Suci adalah bukan milik dan gerakan kampung Kauman, tetapi gerakan dunia.
            Dalam proses pendirian Tapak Suci ini juga tidak lepas dari dukungan dan restu dari pada pendekar, ulama dan aktifis Muhammadiyah, dengan harapan kelak perguruan pencak yang terorganisir ini dapat menjadi wadah pangkaderan dan wadah silaturahmi para ahli pencak di lingkungan Muhammadiyah. Sekalipun ujian demi ujian di lalui.
            Maka berbagai perangkatpun disiapkan sedemikian rupa, antara lain :
·        Nama perguruan dirumuskan dengan mengambil dasar dari ajaran perguruan Kauman sehingga ditetapkan nama Tapak Suci
·        Tertib upacara disusun oleh Moh Bahrie Irsyad
·        Doa dan ikrar disusun oleh H Djarnawi Hadikusuma
·        Lambang perguruan diciptakan oleh M Fahmie Ishom
·        Lambang anggota diciptakan oleh Suharto Sujak
·        Lambang tim inti Kosegu dibuat oleh Ajib Hamzah
·        Bentuk dan warna pakaian ditentukan oleh M Zundar Wiesman dan Anis Susanto
Kemudian atas izin dan restu Allah swt telah menjadi suatu kenyataan sejarah bahwa pada Tanggal 31 Juli 1963 di Kauman, Yogyakarta, Tapak Suci telah ditakdirkan untuk lahir dan berkembang diseluruh Nusantara dan kelak meluas ke mancanegara, untuk menjadi pelopor pengembangan pencak silat yang methodis dan dimanis.
            Pada saat kelahirannya Tapak Suci telah digariskan bahwa :
·        Tapak Suci berjiwa ajaran KH Ahmad Dahlan
·        Keilmuannya bersifat methodis dan dinamis
·        Keilmuannya bersih dari syirik dan menyesatkan

Pada perkembangan selanjutnya Tapak Suci telah banyak memberi sumbangasinya kepada bangsa ini. Melalui rapat kerja nasional pada tanggal 19-20 April 1967 di Pekalongan maka akhirnya memilih IPSI sebagai induk pencak silat dan langsung menjadi anggota IPSI.

Sejarah Tapak Suci

Sejarah Berdirinya Tapak Suci





            Pada tahun 1872 di Banjanegara lahirlah seorang putra dari KH Syuhada yang diberi nama Ibrahim. Diusia remaja telah belajar pencak silat dan kelak ia dikenal aktif menggunakan ilmu pencaknya untuk menentang penjajah Belanda. Hal ini kerap membuatnya menjadi buronan.
            Dalam statusnya yang sering menjadi buronan Belanda, ia kerap berkelana dari satu tempat ke tempat lainnya. Selain bersembunyi, ia juga mendalami dan mengasah ilmu pencaknya. Ia pernah singgah ke Batavia, pada seorang kerabatnya disana. Namun disana ia juga sering membuat onar terhadap Belanda hingga akhirnya ia berangkat ke tanah suci Mekkah.
            Setelah menikah dengan puteri KH Ali, ia mendirikan pondok pesantren Binorong di Banjarnegara. Sepulang dari tanah suci ia berganti nama menjadi KH Busyro Syuhada. Pondok pesantren Binorong s. makin berkembang pesat. Diantara santri santrinya antara lain : Achyat (H. Burhan) adik misan Ibrahim, M Yasin (Abu Amar Syuhada) adik kandung, dan Sudirman (Panglima besar Jendral Sudirman).
            Dalam konferensi Pemuda Muhammadiyah di Yogyakarta tahun 1921, KH Busyro bertemu pertama kali dengan dua kakak beradik : A Dimyati dan M Wahib. Di awali dengan adu kawruh antara M Wahib dengan H Burha, selanjutnya A Dimyati dan M Wahib mengangkat KH Busyro sebagai guru.
            KH Busyro terkenal menguasai ilmu pencak inti, sedangkan H Burhan terkenal menguasai ilmu pencak ragawi. Menurut riwayat, kedua kakak beradik (A Dimyati dan M Wahib) belajar selama 5 hari untuk menguasai 15 jurus, dan 5 kembangan. Selanjutnya A Dimyati dan M Wahib kembali ke Yogyakarta, diikuti KH Busyro dan H Burhan yang pindak e Yogyakarta. Masyarakat lingkungannya menyebut mereka pendekar pencak. Seiring berpindahnya KH Busyro ke Kauman, Yogyakarta, aliran Banjaran yang pada awalnya dikembangkan di pondok pesantren Binorong akhirnya sementara berpusat di Kauman.
            Pendekar A Dimyati sifatnya pendiam dan cenderung tertutup, sedangkan M Wahib agresif dan terbuka. Pembawaan A Dimyati mirip dengan H Burhan. Sedangkan pembawaan M Wahib mirip dengan gurunya (KH Busyro). Karena itulah nama M Wahib lebih menonjol dibanding A Dimyati. Sedangkan A Dimyati yang ilmunya lebih tangguh dari adiknya tidak ada catatan mengenai sepak terjangnya.
            Karena sifat mereka berbeda, maka sering keduanya terlibat bentrok termasuk dalam hal adu kaweruh. KH Busyro memahami karakter mereka dan tahu bahwa sekalipun berbeda, keduanya berbakat tinggi dalam pencak.
            Melihat hal demikian KH Busyro menunjuk pendekar A Dimyati untuk berkelana ke Barat, sebagaimana yang pernah di jalani pendekar KH Busyro. Sesuai tradisi yang berlaku bahwa pendekar A Dimyati yang sudah mengangkat guru kepada KH Busyro tidak boleh berguru kepada guru pencak lainnya. Untuk itu dalam berkelana ini yang dilakukan adalah “Adu Kawruh”. Dikisahkan bahwa pendekar A Dimyati  berhasil menguasai ilmu Cikalong, Cimande dan Cibarosa.
            Adapun KH Busyro menunjuk M Wahib untuk berkelana ke timur hingga beberapa tempat sempat di singgahi oleh pendekar M Wahib (Bawean dan Madura). Karena sifatnya yang agresif dan terbuka maka “Adu kawruh” di artikan dengan berkelahi, menguji ilmu dengan cara pendekar yang mengklaim dirinya sakti. Menurut kisah yang diceritakan M Wahib “Kemana mana saya naik turun panggung (gelanggang) untuk bertanding dan mendapat uang / menang, kalau diperlukan saya memakai senjata handuk dan sepotong besi sejengkal berlafal Alif”.
            Setelah pnggembaraa pendekar A Dimyati ke barat, dan pendekar M Wahib ke timur, keduanya kembali ke Jogja . kebiasaan mencari lawan tanding pendekar M Wahib diarahkan kepada anak anak Belnada ataupun tentara Belanda.

CIKAUMAN
          Pada tahun 1925 , dilingkungan Kauman Tengah telah dibuka latihan pencak oleh A Damyati dan M Wahib atas restu KH Busyro. Pada saat inilah M Wahib menyatakan CIKAUMAN adalah satu satunya pencak yang ada di Kauman. Penamaan aliran ini sebagaimana menunjuk satu tempat sebagai nama aliran. Adapun penyebut aliran cikauman ini mengandung pengertian sebagai aliran Banjaran Kauman, dengan makna bahwa aliran ini merupakan kelanjutan dari aliran Banjaran.
            Pada waktu itu digariskan dengan tegas dasar yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh semua muridnya, yaitu :
·        Cikauman / pencak kauman, berlandaskan Al Islam dan berjiwa ajaran berkepribadian Indonesia, bersih dari sesat dan sirik.
·        Mengabdikan perguruan untuk perjuangan agama serta bangsa dan negara.
·        Sikap mental dan gerak langkah anak murid harus merupakan tindak tanduk kesucian.
·        Aliran cikauman berbeda dari aliran aliran di Indonesia pada umumnya, Cikauman bersifat tertutup, tetapi mudah berasimilasi, tidak disiplin, tetapi patriotik, Daya guna sama kuat anata seni dan bela diri.
Perguruan Cikauman (Kauman-Banjaran), dipimpin langsung oleh pendekar besar M Wahib dan pendekar besar A Dimyati. Murid angkatan pertama adalah M Djuraimi (Mbah Djur) dan M Syamsuddin. Kehandalan M Syamsuddin terletak pada permainan sabetan kaki dan tangan. Hal ini di tunjang oleh postur tubuh M Syamsuddin yang kekar, karena selain gemar pencak M Syamsuddin juga pemain sepak bola handal.
            Setelah dinyatan lulus dari perguruan Cikauman M Syamsuddin diizinkan untuk menerima murid dan selanjutnya mendirikan perguruan Seranoman.

SERANOMAN
            Perguruan Seranoman menglahirkan seorang pendekar bernama M Zahid, anak murid seranoman yang berotak cemerlang dan berkemampuan tinggi, serta pergaulannya luas. Kehandalan M Zahid bertumpu pada ketajaman gerak. Selain itu beliau berhasil mengembangkan dari 5 menjadi 8 kembangan, dan berhasil merancang pengajaran keilmuan sehingga keilmuan pencak mudah untuk dimasalkan. Namun sayangnya beliau telah meninggal dunia sehingga belum sempat mendirikan perguruan baru. Sekalipun begitu M Zahid sempat melahirkan seorang murid berbakat, yaitu Moh Barie Irsyad. Selanjutnya Moh Bahrie dibina langsung oleh A Dimyati dan M Wahib.
            Pada perkembangan berikutnya Moh Bahrie Irsyad diarahkan untuk menghadapi aliran aliran hitam. Puncaknya adalah tantangan adu kawruh melawan aliran hitam dengan taruhan siapa yang kalah harus pergi dari Kauman. Dibawah kesaksian pemuda Muhammadiah Ranting Kauman, pada suatu tengah malam, dipelantaran masjid gede Kauman, Yogyakarta berlangsunglah pertarungan tersebut . Atas izin Allah swt, seluruh murid menyaksikan bahwa yang bathil tidak akan dapat mengalahkan yang hak. Moh Bahrie berhasil melumpuhkan ilmu sihir hitam.
            Pada waktu dibarat pendekar Moh Barie Irsyad berhasil mempertanggung jawabkan 11 kembangan. Lalu pendekar Moh Bahrie Irsyad, sebagai murid angkatan ke 6 yang telah dinyatakan lulus dalam menjalani penggemblengan oleh pendekar M Zaid, M Syamsuddin, M Wahib dan A Dimyati kemudian diberi restu untuk menerima murid. M Bahrie kemudian mendirikan perguruan KASEGU.

KASEGU
            Nama Kasegu diambil dari Segu atau Kasegu, yaitu senjata khas yang berlafadz “Muhammad”, diciptakan oleh pendekar Moh Barie Irsyad. Selanjutnya menjadi senjata khas perguruan Tapak Suci. Kasegu juga bermakna “Kaum Serba Guna”. Pada selanjutnya ada orang yang menyebutkan sebagai Kasegu Badai Selatan (Mengingat operasionalnya berpusat di selatan Kauman).
            Selanjutnya, dalam angkatan ketujuh ini tercatat antara lain :
·        Murid Cikauman (Murid langsung pendekar M Wahib) : Achmad Djakfar, Moh Dalhar Suwardi, M Slamet.
·        Murid Seranoman (Murid langsung pendekar M Syamsuddin) : M Zundar Weisman dan Anis Susanto.
·        Murid Kasegu (Murid langsung pendekar Moh Bahrie Irsyad) : Irfan Hafjam, M Djakfal Kusuma, M Sobri Ahmad dan M Rustam Djundab.

·        Murid angkatan ketujuh ini mulai berlatih di tahun 1957, biasanya empat kali seminggu mulai pukul delapan (Ba’da Isya) sampai mendekati Subuh.